Kasus-Kasus Hacking Di Indonesia

Kasus-Kasus Hacking Di Indonesia

Kasus Hacking Di Indonesia

Jim Geovedi Meretas Satelit

Meretas Satelit
Hal ini pernah dilakukan oleh Jim Geovedi, pakar teknologi informasi asal Indonesia. Ia melakukannya atas permintaan kliennya yang berasal dari Indonesia dan Cina.
Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Jim mengaku berhasil menggeser satelit Cina dan mengubah rotasi satelit Indonesia. Hal ini langsung membuat kliennya panik.
Pasalnya tidak mudah mengembalikan sebuah satelit ke posisi semula. Untung saja mereka memiliki bahan bakar cadangan yang cukup.
Kehebatan Jim yang sebenarnya terletak pada kemampuan IT otodidak yang dimilikinya. Awalnya ia diperkenalkan kepada komputer dan internet oleh seorang pendeta, kemudian Jim mendalaminya sendiri dari para peretas di internet.

Peretasan Situs KPU

KPU
Pilpres 2014 lalu, sempat tersebar kabar jika situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah diretas oleh hacker. Indikasinya yaitu situs KPU sempat tidak bisa diakses. Kabar ini kemudian dibantah oleh pihak KPU.
Sebenarnya isu semacam ini bukan barang baru bagi KPU. Sepuluh tahun yang lalu, situs KPU diretas untuk pertama kali, tepat ketika Indonesia sedang menyelenggarakan pemilu.
Pelakunya adalah Dani Firmansyah yang dikenal juga dengan nama Xnuxer. Setelah berhasil menembus, Dani meninggalkan jejak dengan mengubah gambar-gambar partai peserta pemilu, seperti Partai Jambu, Partai Air Minum Dalam Kemasan, Partai Nanas, dan lain sebagainya.
Tentu saja aksi ini menggemparkan banyak pihak. KPU langsung melaporkan kejadian ini ke Polda Metro Jaya dan menyewa Jim Geovedi untuk melacak sang hacker.
Setelah penyelidikan selama beberapa waktu, akhirnya pihak kepolisian berhasil menangkap Dani di kantornya. Konsultan teknologi informasi Dana Reksa ini mengaku hanya ingin mengetes keamanan situs tersebut, tanpa ada muatan kepentingan politik. Sebagai ganjaran atas aksinya, Dani dijatuhi hukuman kurungan penjara 6 bulan 21 hari oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat.

Peretasan Situs KPAI

KPAI
Peretasan ke situs Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dilatarbelakangi dukungan KPAI terhadap pemblokiran lima belas game.
Menurut KPAI, berbagai game tersebut mengandung konten kekerasan dan seksualitas yang tidak layak dikonsumsi anak di bawah umur. Oleh karena itu pemerintah perlu memblokirnya.
Tentu saja hal ini langsung menghadapi penolakan dari banyak orang. Bahkan di media sosial, sejumlah pihak menggalang gerakan I Play Games untuk memprotes wacana pemblokiran ini. Puncaknya situs KPAI diretas oleh hacker yang bernama Skeptix.
Sang hacker bahkan meninggalkan pesan sinis kepada KPAI. Pesan tersebut berbunyi “Zuhahaha…You’re drunk? Fix ur sec first b4 talking about game“. Atas serangan ini, pihak KPAI langsung membuat laporan kepada pihak yang berwajib namun kabar pengusutan peretasan ini tidak lagi terdengar.

Penyerangan Situs ICMI

ICMI

Latar belakang penyerangan situs Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yaitu wacana pemblokiran Google dan Youtube yang diangkat oleh Jafar Hafsah, Sekretaris Jenderal ICMI.
Tidak berselang lama setelah pernyataan tersebut, situs ICMI ‘dijahili’ hacker. Pasalnya tidak ada perubahan yang signifikan, hanya sebuah pesan di pemberitaan “ICMI Desak Pemerintah Tutup Youtube dan Google”.
“Cuma security test ringan. Dear bapak/ibu ‘Cendekiawan’ ICMI, this is friendly reminderImprove your security first, baru ngomongin blokir Google. Anonymous –Kota Cantik,” tulis sang hacker.
Keterangan situs ICMI di mesin pencarian Google juga mengalami perubahan. Jika biasanya berisi informasi seputar situs, tapi kini berubah menjadi “Improve your security first, baru ngomongin blokir Google”.
Beberapa hari kemudian, giliran situs ketua ICMI Jimly Ashidique yang diretas. Berdasarkan pengakuan Jimly kepada Kompas, peretasan ini diduga berhubungan dengan pernyataan pemblokiran Youtube dan Google.
Pihak ICMI, melalui Jimly Ahidique, telah meralat pernyataan soal pemblokiran Youtube dan Google. Menurutnya pernyataan tersebut merupakan pendapat tim sekretariat ICMI dan belum dibicarakan dengan pengurus lain.

Perang Hacker Anonymous Indonesia vs Anonymous Australia

Perang Hacker
Perang saat itu tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga di dunia maya yang melibatkan hacker antar negara. Perang cyber terjadi antara hacker Indonesia melawan hacker Australia pada November 2013.
Dugaan penyebabnya ialah karena masalah spionase badan intelijen Australia kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah petinggi negara pada tahun 2009. Aksi ini terkuak setelah Edward Snowden, mantan pegawai National Security Agency, membocorkannya.
Serentak para hacker Indonesia yang tergabung dalam Anonymous Indonesia melakukan serangan. Targetnya ratusan situs bisnis dan pemerintah di Australia. Tindakan ini mengundang kemarahan hacker Australia, karena target sasarannya yang acak.
Sebagai balasannya, Anonymous Australia meretas situs pemerintah dan korporasi. Mulai dari situs KPK, Polri, hingga situs Garuda Indonesia dan portal berita Detik.
Aksi para hacker Indonesia ini mengundang banyak komentar dari praktisi IT, salah satunya Jim Geovedi. Menurut Jim apa yang dilakukan oleh Anonymous Indonesia bukanlah perangcyber. Pasalnya perang cyber harus dideklarasikan oleh pemimpin negara dan memiliki target serta tujuan yang jelas. Di sisi lain, ia juga meminta berbagai pihak tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang beredar.

Komentar